Senin, 24 Mei 2010

Kemurnian Cinta Dalam Konteks Islam



Kata pujangga cinta letaknya di hati.
Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahi menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati, dan meniupkan kehidupan padanya membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya sebuah cinta. (Jalaludin Rumi)...

Namun, hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah Swt. Itulah para pecinta dunia, harta, dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni, cinta yang mulia, dan cinta yang suci, karena bermuara dari Sang Pemilik Cinta Abadi, Dialah Allah Rabbul Izzati...

Cinta Allah adalah cinta yang tak pernah bertepi. Jika kita sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, maka tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, dan tak ada lagi tatapan kuyu. Yang ada adalaah tatapaan optimis menghadapi segala cobaan dan rintangan dalaam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi, yakni syahid fii sabilillah.
Tak jarang orang mengaku mencintai Allah Swt., dan sering orang mengatakan mencintai Rasulullah Saw., tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa adanya bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebrangi lautan luas, dan mendaki puncaak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta Srikandi, sang wanita pujaan hatinya. Bagaimana mungkin menggapai cinta menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita atau pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta kepada-Nya semata, Allah Azza wa Jalla...

Di saat Allah menguji cintanya dengan memisahkannya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah memisahkan seorang gadis dengan calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suamipun tak punya semangat dalam hidup. Di saat harta yang dimilikinya hangus terbakar, banyak orang hijrah ke rumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya kepada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya...

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Kholiknya. Padahal, semuanya sudah diatur oleh Allah, rezeki, kematian, pasangan hidup, serta langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh diri kita sendiri ketika hidup di dunia. Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melibihi cinta kepada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah...

Tidak ada komentar: